Sumber: http://www.pulaumoyo.com/
SEKILAS TENTANG PULAU MOYO
Pulau Moyo terletak di sebelah utara Sumbawa besar. Pulau dengan luas
32.044,86 ha ini berpenduduk 1.944 jiwa (sensus 2010). Pulau ini
dijadikan Taman Wisata Alam Laut dengan luas 6.000 hektar sejak
dikeluarkan surat keputusan menteri Kehutanan dan Perkebunan no.
308/KPTs-11/1986 pada tanggal 29 September 1986 dan dibawah pengendalian
Badan Konservasi sumber daya alam Nusa Tenggara Barat.
Di pulau Moyo terdapat 6 dusun yang berpenduduk yaitu :
KAWASAN KONSERVASI
Pulau Moyo merupakan salah satu destinasi wisata
yang secara Administratif berada di Desa Labuan Aji dan Desa Sebotok
Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
Pulau Moyo terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa.
Secara astronomis, Pulau Moyo berada pada 117º27’43” - 117º35’42” Bujur
Timur dan 8º9’36” - 8º23’19” Lintang Selatan.
Pulau Moyo ditunjuk sebagai kawasan Konservasi Taman Buru
dan Taman Wisata Alam Laut melalui SK Menteri Kehutanan
No.308/Kpts-II/1986 tanggal 29 September 1986 dengan luas 22.250 Ha
Taman Buru dan 6000 Ha Taman Wisata Alam Laut. pengelolaan Kawasan
Konservasi ini dilakukan oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
c.q Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat.
Iklim di Pulau Moyo umumnya beriklim tropis, Curah hujan
antara 1250 mm/th di daerah rendah dan 1500-2000 mm/th di daerah
dataran tinggi. Jenis tanah Regosol kelabu dan Litosol bahan induk abu
vulkanis intermediate. Keadaan perairan di Taman Wisata Alam Laut Pulau
Moyo mempunyai dasar perairan yang landai. Wilayah dasar perairan yang
dangkal umumnya ditumbuhi berbagai jenis koloni karang dengan pola
penyebaran yang bervariasi antara mengelompok dan patchy coral serta
merupakan habitat berbagai biota karang. Selain itu dibagian antara
koloni karang yang kosong merupakan substrat berpasir sedikit berbatu.
Kondisi airnya secara umum jernih dan khususnya dibagian yang dangkal
penetrasi sinar matahari dapat mencapai dasar perairan, hal tersebut
memungkinkan pertumbuhan berbagai biota dasar perairan menjadi subur.
Adapun pola arus nampaknya cenderung dipengaruhi oleh keadaan laut
sekitarnya seperti cuaca, tinggi gelombang dan pasang surut. Selain itu
di bagian selatan Pulau moyo arus laut umumnya relatif deras mengingat
daerah tersebut merupakan selat antara Pulau Moyo dan daratan Pulau
Sumbawa.
Mengingat letak Pulau Moyo yang strategis karena terletak
diantara obyek wisata lain seperti Gili Matra (Lombok), TWA Pulau
Satonda (Bima-Dompu) dan Taman Nasional Komodo. Pulau Moyo merupakan
daerah wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan baik wisatawan
lokal maupun wisatawan mancanegara
- Hutan Tutupan (Boshreverse) SK Dewan Pemerintahan Daerah Peralihan Swapraja Sumbawa Nomor 216 Tahun 1957 tanggal 2 November 1957 dengan luas 9.000 Ha.
- Kawasan Hutan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/Um/1972 tanggal 23 Oktober 1972 dan pada tahun 1973 dilakukan tata batas dengan luas 18.765 Ha.
- Suaka Marga Satwa ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 756/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 dengan luas 23.031 Ha.
- Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 308/Kpts-II/1986 tanggal 29 September 1986 dengan luas 22.460 Ha Taman Buru dan 6.000 Ha Taman Wisata Alam Laut.
Sejarah Kawasan
Potensi Kawasan
Taman Buru Pulau Moyo mempunyai potensi keanekaragaman
hayati cukup tinggi baik flora maupun fauna. Tipe vegetasinya merupakan
vegetasi hutan pantai dataran rendah yang terdiri dari vegetasi pohon –
pohonan, perdu / semak belukar dan padang savana yang luas. Selain
satwa yang telah ditetapkan sebagai satwa buru seperti Rusa timor ( Cervus timorensis ), Sapi liar ( Bos javanicus ) dan Babi hutan (Sus sp),
berbagai jenis burung yang tergolong langka dan dilindungi Undang –
undang juga terdapat disini seperti Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), Burung Gosong (Megapodius reinwartditii), Koakiau (Philemon buceroides), Beo Sumbawa (Gracula religiosa venerate) serta berbagai jenis burung lainnya seperti Punglor (Zoothera sp), Ayam Hutan (Gallus sp), Elang bondol ( Haliastur Indus ) dan sebagainya.
Disamping keaneka ragaman hayati tersebut terdapat juga
beberapa obyek daya tarik wisata alam (ODTWA) seperti air terjun
berundak Mata Jitu yang terdapat di bagian barat Pulau Moyo yang dapat
diakses melalui desa Labuan Aji. Di beberapa tempat seperti ai manis
dan tanjung pasir terdapat goa – goa yang merupakan habitat dari
kalelawar dan burung wallet ( Collocalia sp). Dengan potensi
pantai dan keadaan perairan serta potensi yang ada didalamnya, dapat
dimanfaatkan atau dikembangkan sebagai tempat berwisata seperti
memancing, snorkeling, bersampan, menyelam dan sebagainya. Daya tarik
wisata lain yang terdapat di Pulau Moyo adalah hamparan savana yang
terdapat dilokasi Raja Sua dapat dilakukan kegiatan penjelajahan /
penyusuran hutan, pengamatan burung (Bird Watching) dan
merupakan lokasi yang tepat untuk melakukan wisata buru yang dilakukan
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu Pulau Moyo juga menawarkan aktifitas wisata pendidikan dan penelitian terhadap keanekaragaman hayati.
Rencana Pengembangan / Pengelolahan Kawasan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat
sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
selaku pengelola kawasan Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut Pulau
Moyo telah melakukan kegiatan Perencanaan Pengelolaan kawasan untuk
lima tahun ke depan dengan beberapa garis besar pengembangan kawasan
sebagai berikut :
- Rekonstruksi batas kawasan
- Penegakkan hukum di bidang Kehutanan.
- Pengembangan sarana dan prasarana wisata
- Inovasi promosi dan pengembangan produk wisata
- Peningkatan investasi
- Peningkatan kualitas sumber daya manusia
- Pengembangan paket wisata
- Menciptakan peluang pendapatan baru bagi masyarakat
Proyeksi pengembangan kawasan bahwa Taman Buru Pulau Moyo
dapat dijadikan salah satu destinasi wisata yang mampu menjadi pilar
pembangunan dibidang pariwisata yang dapat memberikan kontribusi
positif bagi kemajuan pariwisata di Kabupaten Sumbawa.
Dalam upaya pengembangan investasi pemanfaatan jasa lingkungan dan pengusahaan pariwisata alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB mengupayakan beberapa hal sebagai berikut :
Dalam upaya pengembangan investasi pemanfaatan jasa lingkungan dan pengusahaan pariwisata alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB mengupayakan beberapa hal sebagai berikut :
- Menyiapkan data dan informasi tentang potensi dalam kawasan
- Mengkaji peluang usaha jasa lingkungan dan pariwisata alam
- Melaksanakan kajian secara ekonomis terhadap potensi jasa lingkungan
- Menyusun peraturan yang mengakomodir peluang usaha masyarakat
- Memanfaatkan jaringan mitra kerja yang telah ada
- Meningkatkan promosi secara terpadu
TANJUNG PASIR
Tanjung Pasir terletak diujung selatan Pulau Moyo. Di tanjung pasir
ini terdapat beberapa brugak yaitu semacam bale yang belum selesai
terbangun. Padahal bila semua brugak-brugak selesai dibangun, setiap
pelancong dapat berisitirahat di brugak ini sambil menikmati pemandangan
laut yang indah dan angin sepoi-sepoi. Tanjung ini biasa juga dijadikan
tempat beristirahat bagi para nelayan sebelum kembali ke daratan.
Untuk mencapai Tanjung Pasir, kita dapat pergi
melalui Sumbawa Besar dengan perahu motor nelayan sekitar 1,5 jam.
Tempat yang paling dekat untuk mencapai Tanjung Pasir adalah dari desa
Ai Bari dengan hanya menempuh perjalanan kurang dari 30 menit dengan
menggunakan perahu motor nelayan. Desa ini dapat ditempuh dengan
kendaraan dari Sumbawa Besar sekitar 1 jam.
AIR TERJUN MATA JITU
Air terjun ini dapat ditempuh dari desa Labuan Aji dengan sepeda
motor atau ojek sekitar 30 menit dengan membayar ongkos ojek dan
kontribusi ke dusun Labuan Aji.
Dalam perjalanan menuju air terjun, kita dapat
menikmati pemandangan alam seperti perkebunan jambu mete dan hutan. Pada
sekitar air terjun terdapat 7 kolam dimana kita tidak diperkenankan
mandi atau berenang disana, namun ada tempat khusus yang telah
disediakan untuk kegiatan tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar