Minggu, 07 Juli 2013

PERTEMUAN DI SAAT SENJA

  Malam mulai menjelang. Kulihat jam dinding disudut rumahku, dan waktu telah menunjukan pukul 19.46 WIB. Aku mulai beranjak dari sofa ruang tamu dan berjalan menuju kamar tidur. Aku tidak langsung menuju tempat tidur untuk beristirahat, melainkan membuka lemari bajuku yang terletak disamping tempat tidur. Tidak lama kemudian, suara handphone berbunyi dengan nada piano dari soundtrack sebuah film yang aku sukai yaitu twilight. Kuambil dan ternyata yang menelepon adalah kak Delia, lalu akupun menjawab telepon itu.
“Hallo, kak Delia.”
“Hallo, Nadia. Sorry aku ganggu kamu malam-malam gini. Aku mau ngabarin kalau Rival akan pulang besok sore. Kamu mau jemput dia gak dibandara besok? Katanya dia tiba kira-kira jam 4 sore.”
“Oh, Hmm, iya kak mau. Kebetulan aku besok gak ada acara apa-apa.”
“Okay, nanti aku sms kamu aja ya. Malam Nad. Bye.”
“Bye..”
            Rival adalah pacarku. Kami telah berhubungan selama 4 tahun lamanya. Aku mengenalnya sejak kami duduk dibangku kelas 3 SMA, dan kami pun memutuskan untuk berpacaran. Namun, dia memutuskan untuk melanjutkan study-nya ke salah satu universitas di Amerika. Sungguh aku terkejut mendengar dia akan kembali dan kakaknya memintaku untuk menjemput dia di bandara besok sore. Sudah hampir 2 tahun terakhir ini, kami tidak pernah berhubungan lagi. Tidak ada kejelasan status kami, dan aku pun sudah mulai melupakannya.
Aku terdiam didepan kaca lemari dan memandangi wajahku sendiri, aku teringat masa laluku bersama dia dan tak kusangka ternyata aku sangat merindukannya. Cukup lama aku berdiri didepan kaca, dan terkejut mendengar ketukan pintu kamarku. Aku tersadar dan berjalan menuju pintu kamar, ternyata mamaku yang datang.
“belum tidur sayang? Udah jam 11 malam loh, cepat tidur nanti kamu sakit kalau begadang.”
“udah jam sebelas? Oh iya mam. Mama juga istirahat ya. Oh iya mam, besok aku boleh gak pergi kebandara buat jemput Rival? Tadi kakaknya nelepon dan memintaku menjemputnya.”
“Oh, Rival sudah mau pulang ke Indonesia? Ya sudah mama izinkan kok, siapa tau ada yang mau kamu bicarakan sama dia. Sekarang kamu istirahat ya sayang.”
“Iya mam.”
Dan saat mama mau menutup pintu kamar, aku memanggil mama kembali.
“Mam..”
“Apa sayang?”
“I love You.”
“I love you too my little princess.”
            Mama adalah orang yang selalu mengerti aku. Aku selalu curhat  semua masalah pada mama, termasuk masalah antara aku dan Rival. Diamnya aku tadi membuat aku tak sadar bahwa waktu begitu cepat berlalu. Dan aku pun berjalan menuju tempat tidurku yang berada didekat jendela dan lemari pakaian. Kutarik selimut dan kuucapkan do’a, hingga aku terlelap dan hanyut dalam mimpiku.
Pagi pun tiba. Kubuka jendela kamar dan masuklah udara sejuk dari luar. Kulihat keadaan diluar lewat balkon lantai dua rumahku, begitu sejuknya udara pagi ini. Aku bereskan tempat tidurku, mulai dari merapikan seprai biru mudaku, bantal dan selimutku. Aku pun turun kebawah, dan kulihat mama sedang asyik  menyirami bunga-bunga di halaman depan.
“Pagi mam.”
“Pagi sayang.”
Lalu kulihat televisi menyala dengan channel berita pagi, dan kulihat papa menonton televisi dengan ditemani teh manis hangat kesukaan papa.
“Pagi pah.”
“Pagi Nad, apa rencanamu di awal liburan ini?”
“Aku mau jemput Rival pah nanti sore, boleh aku pergi?”
“Oh, tentu saja boleh. Asal kamu hati-hati ya nanti perginya.”
“Iya pah.”
            Sore pun tiba, kulihat jam dinding dan waktu telah menunjukan pukul 15.05 WIB. aku sudah selesai mandi, dan aku memilih pakaian yang akan aku gunakan untuk menjemput Rival di bandara. Kuputuskan menggunakan kemeja panjang berwarna hijau tosca dengan bahan shifon, dan corak bunga berwarna pink. Kupadukan dengan jeans panjang, serta wedges setinggi 3 cm yang berwarna coklat dengan pita dipinggirnya. Tak lupa aku pun membawa tas kecil yang aku selendangkan dengan warna coklat tua.
            Kugunakan bedak dengan warna honey, lipstick berwarna pink, kusisir dan kuurai rambutku yang hitam panjang, kugunakan jam tangan rantai berwarna silver, dan sedikit sentuhan terakhir parfum Angel Heart pada tangan ku.
            Akupun pergi dengan menggunakan sebuah  Mercedess Benz e-200 berwarna putih milik papaku, dan tujuanku adalah bandara. Pukul 15.45 WIB aku tiba di bandara, dan mencari jalur tempat keluarnya para penumpang dengan tujuan New York – Indonesia. Kutunggu sambil sesekali kulihat jam tanganku. 15 menit, 30 menit, dan satu jam berlalu hingga waktu menunjukan pukul 17.00 WIB.
            Aku pikir, mungkin dia sudah pulang dari tadi, atau aku berdiri dan menunggunya di jalur yang salah. Kuhubungi kak Della, namun handphone-nya tidak aktif. Hal ini membuatku semakin gelisah. Dan kuputuskan menunggu 10 menit lagi. Namun, tak ada tanda-tanda kedatangannya, dan membuatku hopeless. Mungkin dia tidak jadi pulang hari ini, dan aku memutuskan untuk pulang.
            Saat kubalikan tubuhku, dan mulai berjalan perlahan menjauhi tempat aku menunggunya dengan hati yang kecewa, diiringi senja yang muncul menandakan malam akan datang, tiba-tiba ada yang memegang lenganku dari belakang. Aku terkejut, dan saat aku kembali berbalik badan ternyata orang yang memegang lenganku adalah Rival. Hentak aku menangis dan kupeluk dia. Sungguh aku merindukannya, dan inilah penantian dan pertemuanku di saat senja yang berbuah manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar