Malam mulai menjelang. Kulihat jam
dinding disudut rumahku, dan waktu telah menunjukan pukul 19.46 WIB. Aku mulai
beranjak dari sofa ruang tamu dan berjalan menuju kamar tidur. Aku tidak
langsung menuju tempat tidur untuk beristirahat, melainkan membuka lemari
bajuku yang terletak disamping tempat tidur. Tidak lama kemudian, suara handphone
berbunyi dengan nada piano dari soundtrack sebuah film yang aku sukai yaitu twilight. Kuambil dan
ternyata yang menelepon adalah kak Delia, lalu akupun menjawab telepon itu.
“Hallo, kak
Delia.”
“Hallo, Nadia.
Sorry aku ganggu kamu malam-malam gini. Aku mau ngabarin kalau Rival akan
pulang besok sore. Kamu mau jemput dia gak dibandara besok? Katanya dia tiba
kira-kira jam 4 sore.”
“Oh, Hmm, iya kak
mau. Kebetulan aku besok gak ada acara apa-apa.”
“Okay, nanti aku
sms kamu aja ya. Malam Nad. Bye.”
“Bye..”
Rival adalah pacarku. Kami telah
berhubungan selama 4 tahun lamanya. Aku mengenalnya sejak kami duduk dibangku
kelas 3 SMA, dan kami pun memutuskan untuk berpacaran. Namun, dia memutuskan
untuk melanjutkan study-nya ke salah satu universitas di Amerika. Sungguh aku
terkejut mendengar dia akan kembali dan kakaknya memintaku untuk menjemput dia
di bandara besok sore. Sudah hampir 2 tahun terakhir ini, kami tidak pernah
berhubungan lagi. Tidak ada kejelasan status kami, dan aku pun sudah mulai
melupakannya.
Aku terdiam didepan kaca lemari dan memandangi wajahku sendiri, aku
teringat masa laluku bersama dia dan tak kusangka ternyata aku sangat
merindukannya. Cukup lama aku berdiri didepan kaca, dan terkejut mendengar ketukan pintu kamarku. Aku tersadar dan
berjalan menuju pintu kamar, ternyata mamaku yang datang.
“belum tidur
sayang? Udah jam 11 malam loh, cepat tidur nanti kamu sakit kalau begadang.”
“udah jam
sebelas? Oh iya mam. Mama juga istirahat ya. Oh iya mam, besok aku boleh gak
pergi kebandara buat jemput Rival? Tadi kakaknya nelepon dan memintaku
menjemputnya.”
“Oh, Rival sudah
mau pulang ke Indonesia? Ya sudah mama izinkan kok, siapa tau ada yang mau kamu
bicarakan sama dia. Sekarang kamu istirahat ya sayang.”
“Iya mam.”
Dan saat mama mau menutup pintu kamar, aku memanggil mama kembali.
“Mam..”
“Apa sayang?”
“I love You.”
“I love you too
my little princess.”
Mama adalah orang yang selalu
mengerti aku. Aku selalu curhat semua masalah pada mama, termasuk masalah
antara aku dan Rival. Diamnya aku tadi membuat aku tak sadar bahwa waktu begitu
cepat berlalu. Dan aku pun berjalan menuju tempat tidurku yang berada didekat
jendela dan lemari pakaian. Kutarik selimut dan kuucapkan do’a, hingga aku terlelap
dan hanyut dalam mimpiku.
Pagi pun tiba. Kubuka jendela kamar dan masuklah udara sejuk dari luar.
Kulihat keadaan diluar lewat balkon lantai dua rumahku, begitu
sejuknya udara pagi ini. Aku bereskan tempat tidurku, mulai dari merapikan seprai
biru mudaku, bantal dan selimutku. Aku pun turun kebawah, dan kulihat mama
sedang asyik menyirami
bunga-bunga di halaman depan.
“Pagi mam.”
“Pagi sayang.”
Lalu kulihat televisi menyala dengan channel berita pagi, dan kulihat
papa menonton televisi dengan ditemani teh manis hangat kesukaan papa.
“Pagi pah.”
“Pagi Nad, apa
rencanamu di awal liburan ini?”
“Aku mau jemput
Rival pah nanti sore, boleh aku pergi?”
“Oh, tentu saja
boleh. Asal kamu hati-hati ya nanti perginya.”
“Iya pah.”
Sore pun tiba, kulihat jam dinding
dan waktu telah menunjukan pukul 15.05 WIB. aku sudah selesai mandi, dan aku
memilih pakaian yang akan aku gunakan untuk menjemput Rival di bandara.
Kuputuskan menggunakan kemeja panjang berwarna hijau tosca dengan bahan shifon,
dan corak bunga berwarna pink. Kupadukan dengan jeans panjang, serta wedges
setinggi 3 cm yang berwarna coklat dengan pita dipinggirnya. Tak lupa aku pun
membawa tas kecil yang aku selendangkan dengan warna coklat tua.
Kugunakan bedak dengan warna honey,
lipstick
berwarna pink, kusisir dan kuurai rambutku yang hitam panjang, kugunakan
jam tangan rantai berwarna silver, dan sedikit sentuhan
terakhir parfum Angel Heart pada tangan ku.
Akupun pergi dengan menggunakan
sebuah Mercedess Benz e-200
berwarna putih milik papaku, dan tujuanku adalah bandara. Pukul 15.45 WIB aku
tiba di bandara, dan mencari jalur tempat keluarnya para penumpang dengan
tujuan New York – Indonesia.
Kutunggu sambil sesekali kulihat jam tanganku. 15 menit, 30 menit, dan satu jam
berlalu hingga waktu menunjukan pukul 17.00 WIB.
Aku pikir, mungkin dia sudah pulang
dari tadi, atau aku berdiri dan menunggunya di jalur yang salah. Kuhubungi kak
Della, namun handphone-nya tidak aktif. Hal ini membuatku semakin gelisah.
Dan kuputuskan menunggu 10 menit lagi. Namun, tak ada tanda-tanda
kedatangannya, dan membuatku hopeless. Mungkin dia tidak jadi pulang hari ini, dan aku memutuskan untuk
pulang.
Saat kubalikan tubuhku, dan mulai
berjalan perlahan menjauhi tempat aku menunggunya dengan hati yang kecewa,
diiringi senja yang muncul menandakan malam akan datang, tiba-tiba ada
yang memegang lenganku dari belakang. Aku terkejut, dan saat aku kembali
berbalik badan ternyata orang yang memegang lenganku adalah Rival. Hentak
aku menangis dan kupeluk dia. Sungguh aku merindukannya, dan inilah
penantian dan pertemuanku di saat senja yang berbuah manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar